Thursday, July 25, 2019

Makalah Perbandingan Budaya Indonesia Dengan Jepang

Berikut adalah contoh makalah perbandingan budaya indonesia dengan jepang.

PERBANDINGAN SEBUAH BUDAYA
PERBANDINGAN BUDAYA INDONESIA DENGAN JEPANG



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai Ujian Tengah Semester dari matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dengan judul “Perbedaan Sebuah Budaya”.
Besar harapan penulis makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai perbedaan sebuah budaya. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih.



LATAR BELAKANG
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan. Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.



PERBANDINGAN BUDAYA INDONESIA DENGAN JEPANG

 makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
1.      Budaya
Budaya adalah kristalisasi nilai dan pola hidup yang dianut suatu komunitas. Budaya tiap komunitas tumbuh dan berkembang secara unik, karena perbedaan pola hidup komunitas itu. Perbandingan budaya Jepang dan Indonesia berarti mencari nilai-nilai kesamaan dan perbedaan antara bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. Dengan mengenali persamaan dan perbedaan kedua budaya itu, kita akan semakin dapat memahami keanekaragaman pola hidup yang ada, yang akan bermanfaat saat  berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak yang berasal dari budaya yang berbeda.
2.      Perbandingan Budaya
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan. Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
3.      Tradisi Pemberian Nama
Bagi orang Indonesia yg datang di Jepang, saat registrasi, misalnya membuat KTP sering ditanya mana yang family name, dan mana yang first name. Hampir setiap saat saya harus selalu menjelaskan perbedaan tradisi antara Indonesia dan Jepang, bahwa di Indonesia tidak ada keharusan memiliki family name. Umumnya hal ini dapat difahami dan tidak menimbulkan masalah. Tetapi adakalanya kami harus menentukan satu nama sebagai family name, misalnya saat menulis paper (artikel ilmiah resmi), atau untuk kepentingan pekerjaan. Saat itu saya terpaksa memakai nama “Nugroho” sebagai family name agar tidak mempersulit masalah administrasi. Demikian juga saat anak saya lahir, kami beri nama Kartika Utami Nurhayati. Nama anak saya walaupun panjang tidak ada satu pun yang merupakan nama keluarga. Tetapi saat registrasi, pihak pemerintah Jepang (kuyakusho) meminta saya untuk menetapkan satu nama yang dicatat sebagai keluarga, karena kalau tidak akan sulit dalam pengurusan administrasi asuransi. Akhirnya nama “Nurhayati” yang letaknya paling belakang saya daftarkan sebagai nama keluarga. Bagi orang Jepang hal ini akan terasa aneh, karena dalam keluarga kami tidak ada yang memiliki nama keluarga yang sama.
Masih berkaitan dengan nama, adalah masalah tanda tangan dan inkan (stempel). Di Indonesia dalam berbagai urusan adminstrasi formal sebagai tanda pengesahan, tiap orang membubuhkan tanda tangan. Tanda tangan ini harus konstan. Banyak orang yang memiliki tanda tangan berasal dari inisial nama, tetapi dengan cara penulisan yang unik yang membedakan dengan orang lain yang mungkin memiliki nama sama. Tanda tangan ini juga yang harus dibubuhkan di paspor saat seorang Indonesia akan berangkat ke Jepang. Tetapi begitu tiba di Jepang, tanda tangan yang semula memiliki peran penting, menjadi hilang perananannya. Tanda tangan di Jepang tidak memiliki kekuatan formal. Tradisi masyarakat Jepang dalam membubuhkan tanda tangan adalah dengan memakai inkan (stempel). Biasanya inkan ini bertuliskan nama keluarga. Ada beberapa jenis inkan yang dipakai di Jepang. Antara lain :
·         “Mitomein” (認印) dipakai untuk keperluan sehari-hari yang tidak terlalu penting, misalnya saat menerima barang kiriman, mengisi aplikasi.
·         “Jitsuin” (実印) dipakai untuk keperluan penting, seperti membeli rumah, membeli mobil. Inkan tipe ini harus dicatatkan di kantor pemerintahan.
·         “Ginkoin” (銀行印) dipakai untuk membuka rekening di bank.
“Jitsuin” dan “ginkoin” sangat jarang dipakai dan harus disimpan baik-baik. Karena kalau hilang akan menimbulkan masalah serius dalam bisnis.
Bagi orang asing saat masuk ke Jepang harus membuat inkan. Untuk membuat rekening bank, kita tidak boleh memakai tanda tangan, dan harus memakai inkan. Kecuali yubinkyoku masih membolehkan pemakaian tanda tangan. Karena tidak punya kebiasaan tanda tangan, banyak maka orang Jepang kalau diminta untuk menanda tangan (di paspor misalnya), umumnya mereka menuliskan nama lengkap mereka dalam huruf kanji. Barangkali karena inilah maka kalau saya diminta seorang petugas pengiriman barang, untuk membubuhkan tanda tangan sebagai bukti terima, dia berkata “tolong tuliskan nama lengkap anda”, padahal itu di kolom signature. Sepertinya untuk mereka, tanda tangan sama dengan menulis nama lengkap.
3.1.  Pemberiaan Nama di Indonesia
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang

masyarakat di Indonesia tidak semua suku memiliki tradisi nama keluarga. Masyarakat Jawa misalnya, tidak memiliki nama keluarga. Tetapi suku di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi memiliki nama keluarga. Dari nama seseorang, kita dapat memperkirakan dari suku mana dia berasal, agama apa yang dianut dan sebagainya. Berikut karakteristik nama tiap suku di Indonesia:
·         Suku Jawa (sekitar 45% dari seluruh populasi) : biasanya diawali dengan Su (untuk laki-laki) atau Sri (untuk perempuan), dan memakai vokal “o”. Contoh : Sukarno, Suharto, Susilo, Joko, Anto, Sri Miranti, Sri Ningsih.
·         Suku Sunda(sekitar 14% dari seluruh populasi) : banyak yang memiliki perulangan suku kata. Misalnya Dadang, Titin, Iis, Cecep
·         Suku Batak : beberapa contoh nama marga antara lain Harahap, Nasution.
·         Suku Minahasa : beberapa contoh nama marga antara lain Pinontoan, Ratulangi.
·         Suku Bali : Ketut, Made, Putu, Wayan dsb. Nama ini menunjukkan urutan, bukan merupakan nama keluarga.
Selain nama yang berasal dari tradisi suku, banyak nama yang diambil dari pengaruh agama. Misalnya umat Islam : Abdurrahman Wahid, Abdullah, dan sebagainya. Sedangkan umat Katolik biasanya memakai nama baptis : Fransiskus, Bonivasius, Agustinus, dan sebagainya.
3.2.  Pemberian Nama di Jepang
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Nama di Jepang terdiri dari dua bagian : family name dan first name. Nama ini harus dicatatkan di kantor pemerintahan (kuyakusho), selambat-lambatnya 14 hari setelah seorang bayi dilahirkan. Semua orang di Jepang kecuali keluarga kaisar, memiliki nama keluarga. Tradisi pemakaian nama keluarga ini berlaku sejak jaman restorasi Meiji, sedangkan di era sebelumnya umumnya masyarakat biasa tidak memiliki nama keluarga. Sejak restorasi meiji, nama keluarga menjadi keharusan di Jepang. Dewasa ini ada sekitar 100 ribu nama keluarga di Jepang, dan diantaranya yang paling populer adalah Satou dan Suzuki. Jika seorang wanita menikah, maka dia akan berganti nama keluarga, mengikuti nama suaminya. Namun demikian, banyak juga wanita karir yang tetap mempertahankan nama keluarganya. Dari survey yang dilakukan pemerintah tahun 1997, sekitar 33% dari responden menginginkan agar walaupun menikah, mereka diizinkan untuk tidak berganti nama keluarga [2]. Hal ini terjadi karena pengaruh struktur masyarakat yang bergeser dari konsep “ie”() dalam tradisi keluarga Jepang. Semakin banyak generasi muda yang tinggal di kota besar, sehingga umumnya menjadi keluarga inti (ayah, ibu dan anak), dan tidak ada keharusan seorang wanita setelah menikah kemudian tinggal di rumah keluarga suami. Tradisi di Jepang dalam memilih first name, dengan memperhatikan makna huruf Kanji, dan jumlah stroke, diiringi dengan harapan atau doa bagi kebaikan si anak.
3.3.  Perbandingan Kedua Tradisi
3.3.1.   Persamaan antara kedua tradisi
Baik di Jepang maupun di Indonesia dalam memilih nama (first name) sering memilih kata yang mensimbolkan makna baik, sebagai doa agar si anak kelak baik jalan hidupnya. Khusus di Jepang, banyaknya stroke kanji yang dipakai juga merupakan
salah satu pertimbangan tertentu dalam memilih huruf untuk anak. Umumnya laki-laki di Jepang berakhiran “ro” (
), sedangkan perempuan berakhiran “ko” ()
3.3.2.   Perbedaan antara kedua tradisi
·      Di Jepang, nama keluarga dimasukkan dalam catatan sipil secara resmi, tetapi di Indonesia nama keluarga ini tidak dicatatkan secara resmi di kantor pemerintahan. Nama family/marga tidak diperkenankan untuk dicantumkan di akta kelahiran
·      Di Jepang setelah menikah seorang wanita akan berganti nama secara resmi mengikuti nama keluarga suaminya. Sedangkan di Indonesia saat menikah, seorang wanita tidak berganti nama keluarga. Tapi ada juga yang nama keluarga suami dimasukkan di tengah, antara first name dan nama keluarga wanita, sebagaimana di suku Minahasa. Di Indonesia umumnya setelah menikah nama suami dilekatkan di belakang nama istri. Misalnya saja Prio Jatmiko menikah dengan Sri Suwarni, maka istri menjadi Sri Suwarni Jatmiko. Tetapi penambahan ini tidak melewati proses legalisasi/pencatatan resmi di kantor pemerintahan.
·      Huruf Kanji yang bisa dipakai untuk menyusun nama anak di Jepang dibatasi oleh pemerintah (sekitar 2232 huruf, yang disebut jinmeiyo kanji), sedangkan di Indonesia tidak ada pembatasan resmi untuk memilih kata yang dipakai sebagai nama anak.
4.      Pemakaian Gestur untuk Penghormatan dan Kasih Sayang
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Salah satu topik menarik untuk dibahas adalah bagaimana memakai bahasa tubuh untuk mengungkapkan penghormatan, kasih saying, permintaan maaf, dan rasa terimakasih. Jepang dan Indonesia memiliki cara berlainan dalam mengekspresikan penghormatan, kasih sayang, permintaan maaf, dan rasa terimakasih. Dibawah ini terdapat penjelasan mengenai Bahasa tubuh yang dipakai untuk mengekspresikan penghormatan, kasih sayang, permintaan maaf, dan rasa terimakasih.
4.1.   Ojigi
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Dalam budaya Jepang ojigi adalah cara menghormat dengan membungkukkan badan, misalnya saat mengucapkan terima kasih, permintaan maaf, memberikan ijazah saat wisuda, dsb. Ada dua jenis ojigi : ritsurei (立礼) dan zarei (座礼). Ritsurei adalah ojigiyang dilakukan sambil berdiri. Saat melakukan ojigi, untuk pria biasanya sambil menekan pantat untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya menaruh kedua tangan di depan badan. Sedangkan zarei adalah ojigi yang dilakukan sambil duduk. Berdasarkan intensitasnya, ojigi dibagi menjadi 3 : saikeirei (最敬礼), keirei (敬礼), eshaku (会釈). Semakin lama dan semakin dalam badan dibungkukkan menunjukkan intensitas perasaan yang ingin disampaikan. Saikeirei adalah level yang paling tinggi, badan dibungkukkan sekitar 45 derajat atau lebih. Keirei sekitar 30-45 derajat, sedangkan eshaku sekitar 15-30 derajat. Saikeirei sangat jarang dilakukan dalam keseharian, karena dipakai saat mengungkapkan rasa maaf yang sangat mendalam atau untuk melakukan sembahyang. Untuk lebih menyangatkan, ojigi dilakukan berulang kali. Misalnya saat ingin menyampaikan perasaan maaf yang sangat mendalam. Adapun dalam budaya Indonesia, tidak dikenal ojigi.
4.2.   Jabat Tangan
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Tradisi jabat tangan dilakukan baik di Indonesia maupun di Jepang melambangkan keramahtamahan dan kehangatan. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini dilakukan dengan merangkapkan kedua tangan. Jika dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis kelamin, ada kalanya tangan mereka tidak bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan dilakukan, pun berbeda-beda. Ada sebagian orang yang kemudian meletakkan tangan di dada, ada juga yang diletakkan di dahi, sebagai ungkapan bahwa hal tersebut tidak semata lahiriah, tapi juga dari batin.
4.3.   Cium Tangan
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang

Tradisi cium tangan lazim dilakukan sebagai bentuk penghormatan dari seorang anak kepada orang tua, dari seorang awam kepada tokoh masyarakat/agama, dari seorang murid ke gurunya dan dari orang yang lebih muda ke yang lebih tua. Tidak jelas darimana tradisi ini berasal. Tetapi ada dugaan berasal dari pengaruh budaya Arab. Di Eropa lama, dikenal tradisi cium tangan juga, tetapi sebagai penghormatan seorang pria terhadap seorang wanita yang bermartabat sama atau lebih tinggi. Dalam agama Katolik Romawi, cium tangan merupakan tradisi juga yang dilakukan dari seorang umat kepada pimpinannya (Paus, Kardinal). Di Jepang tidak dikenal budaya cium tangan.
4.4.   Cium Pipi
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Cium pipi biasa dilakukan di Indonesia saat dua orang sahabat atau saudara bertemu, atau sebagai ungkapan kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya dan sebaliknya. Jika di Indonesia, cium pipi juga biasanya dilakukan antara orang yang muhrim karena jika belum muhrim itu bisa menjadi salah paham dan di anggap zinah. Jadi yang sering melakukan cium pipi biasanya antar kaum wanita.
4.5.   Sungkem
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Tradisi sungkem lazim di kalangan masyarakat Jawa, tapi mungkin tidak lazim di suku lain. Sungkem hamper sama dengan cium tangan, tetapi yang membedakan yaitu caranya. Sungkem juga terlihat lebih sopan dan menjiwai. Sungkem dilakukan sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya, seorang murid kepada gurunya. Sungkem biasa dilakukan jika seorang anak akan melangsungkan pernikahan, atau saat hari raya Idul Fitri (bagi muslim), sebagai ungkapan permohonan maaf kepada orang tua, menunjukan kasih saying dan rasa hormat kepada orang tua, dan juga untuk meminta doa restunya.
Baik budaya Jepang maupun Indonesia memiliki keunikan tersendiri dalam mengekspresikan rasa hormat dan rasa maaf. Jabat tangan adalah satu-satunya tradisi yang berlaku baik di Jepang maupun Indonesia. Kesalahan yang sering terjadi jika seorang Indonesia baru mengenal budaya Jepang adalah saat melakukan ojigi, wajah tidak ikut ditundukkan melainkan memandang lawan bicara. Hal ini mungkin terjadi karena terpengaruh gaya jabat tangan yang lazim dilakukan sambil saling berpandangan mata. Kesalahan lain yang juga sering terjadi adalah mencampurkan ojigi dan jabat tangan. Hal ini juga kurang tepat dipandang dari tradisi Jepang.
5.      Agama
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Secara umum, masyarakat Jepang menerjemahkan agama atau Tuhan sebagai hal yang terpisah. Bagi mereka, agama adalah hal yang bersifat pribadi dan tak ada satupun yang bisa mengusiknya. Bagi masyarakat Jepang, topik agama adalah hal yang tabu untuk dibicarakan dalam interaksi sosial, hal yang tentu saja berbeda dengan orang Indonesia.
Di Indonesia, ada kebiasaan sosial yang sering memisahkan seseorang atau kelompok-kelompok tertentu berdasarkan agamanya. Apalagi di Indonesia agama adalah hal yang sangat berpengaruh, sering dijadikan alat untuk mencapai sebuah ambisi tertentu (tapi tidak semua orang menjadikan agama seperti ini).
Jika di Indonesia sering terjadi perang antar agama, dimana minoritas sering menjadi korban, hal ini justru tak terlihat di Jepang. Di Jepang agama ada di ranah privat, layaknya alat kelamin. Mereka tidak dibebani oleh rasa untuk mengekspos kepercayaan atau menyerang kepercayaan orang lain. Jadi, saat kamu ke Jepang, jangan pernah membicarakan atau menanyakan agama mereka. Pasalnya, hal seperti ini akan membuatnya merasa terusik, menganggap kamu sebagai orang yang sangat selektif dalam memilih teman.
6.      Manajemen Waktu
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Tanpa bermaksud menjelek-jelekkan budaya sendiri, namun harus diakui bahwa bangsa Jepang lebih unggul dalam konteks kedisiplinan. Mereka tidak mengenal istilah “Jam Karet”. Saat mereka membuat janji dan ternyata terlambat, walaupun hanya 5 menit, mereka akan merasa sangat bersalah dan tak henti-hentinya meminta maaf. Hal yang justru berkebalikan di Indonesia, di mana tanpa disadari kebiasaan tidak tepat waktu sudah menjadi budaya. Lihat saja bagaimana banyak diantara kita yang tidak peduli saat datang terlambat ke sekolah, kampus, kantor, janjian dengan seseorang, atau ke manapun dengan tidak ada rasa bersalah sedikit pun akan hal tersebut.
Perbedaan budaya yang kontras ini sangat berkaitan dengan tingginya standar dan kebutuhan hidup di kedua Negara. Di Jepang, kebutuhan hidup sangatlah tinggi, sehingga mereka benar-benar memanfaatkan waktunya karena merka sudah menganggap waktu sebagai uang. Belum lagi tingkat persaingan dan tututan kerja yang teramat tinggi, membuat mereka sangat menghargai waktu. Bahkan jika memungkinkan, mereka siap untuk menjadikan sehari itu sebanyak 25 jam. Sebaliknya, persaingan yang tidak terlalu tinggi (jika dibandingkan dengan Jepang) serta kebiasaan akan “semua bisa diatur” membuat orang Indonesia akhirnya sangat mudah melakukan toleransi. Hal ini tentu sangat baik, namun ketika toleransi tersebut berlebihan, akhirnya kedisiplinan itu berkurang dan waktu menjadi hal yang tak berharga lagi.
7.      Transportasi
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Transportasi pribadi adalah favorit kebanyakan masyarakat Indonesia, hal yang kemudian berdampak negatif bagi lalu lintas, utamanya di Jakarta. Ada banyak alasan mengapa orang Indonesia enggan menggunakan transportasi massal, seperti kebiasaan penumpang yang merokok, supir yang ugal-ugalan, hingga pelecehan seksual. Selain hal tersebut, alat transportasi juga menjadi semacam status sosial bagi masyarakat Indonesia. Kemudahan untuk memiliki kendaraan serta pajak yang murah membuat mereka berlomba-lomba untuk “mengoleksi” kendaraan, hal yang dipercaya bisa mentasbihkan status sosialnya.
Sebaliknya, masyarakat Jepang sangat menyenangi untuk menggunakan transportasi massal. Mereka bisa berhemat lewat cara ini yang sekaligus membantu perekenomian Negaranya sendiri. Minat yang besar dalam menggunakan transportasi umum tersebut tidak terlepas dari fasilitas yang nyaman, bersih, dan aman. Sementara itu, keinginan untuk memiliki kendaraan pribadi bukanlah prioritas bagi masyarakat Jepang. Selain dikarenakan harga dan pajak mobil yang terbilang tinggi, mereka juga sulit untuk mengukur waktu perjalanan jika menggunakan kendaraan pribadi mengingt Jepang adalah negara yang cukup padat penduduk. Berbeda jika mereka menggunakan transportasi umum yang sudah dilengkapi dengan jam keberangkatan dan jam tiba secara tepat, hal yang membuat mereka lebih mudah dalam mengukur waktu.
8.      Kuliner
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Jepang adalah Negara yang terkenal dengan menu makanan yang segar serta mempertahankan cita rasa aslinya, di mana orang Indonesia menyebutnya sebagai makanan mentah. Namun di Jepang, makanan seperti itu dianggap sebagai makanan yang sehat. Hanya saja, aspek halal adalah hal yang sangat sulit ditemui dalam makanan Jepang, mengingat mayoritas masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam. Ya, makanan-makanan di Jepang didominasi dengan komposisi daging babi.
Perilaku saat makan antar kedua Negara ini juga sangat berbeda. Jika di Indonesia setiap anak diajarkan agar tidak mengeluarkan suara saat makan, hal ini justru berkebalikan dengan budaya Jepang. Ketika orang Jepang makan Ramen (mie khas Jepang), mereka diajarkan untuk mengeluarkan suara. Pasalnya, suara yang ditimbulkan tersebut merupakan indikasi akan rasa suka terhadap makanan tersebut yang sekaligus menunjukkan rasa hormat kepada pembuat makanannya. Untuk minuman, masyarakat Jepang memiliki budaya minum teh dan sake. Hal ini masuk dalam kategori budaya karena ada aturan-aturan tertentu yang harus dilakukan. Misalnya saat minum teh, mereka harus duduk bersimpuh layaknya sinden Jawa ketika menyanyi. Sebelum teh diteguk, cangkir harus diletakkan di telapak tangan kiri kemudian diputar dengan tangan kanan sekitar 180 derajat. Jika kamu melewatkan hal ini, maka kamu akan dianggap tidak sopan. Begitu juga dengan kebiasaan minum sake yang sudah menjadi budaya bagi masyarakat Jepang. Hal ini sering dilakukan pada malam hari atau sepulang kerja. Saat seseorang menuang sake, ia juga harus menuang untuk yang lainnya dan mengatakan “kampai” sebelum yang lainnya bisa minum. Saat ada gelas yang kosong, maka akan ada orang yang segera mengisinya. Di Indonesia, kebiasaan seperti ini juga sering terlihat di kehidupan masyarakat pedesaan dengan minuman bernama tuak atau arak.
9.      Makan
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Jepang terkenal dengan makanan yang segar dengan cita rasa masih asli, mungkin orang Indonesia menyebutnya dengan mentah atau setengah matang. Akan tetapi makan Jepang disebut sebagai The Healthy food in The World karena kesegarannya. Dari semua masakan Jepang yang paling sulit ditemukan adalah ke Halalan, karena kebanyakan komposisinya menggunakan bahan dari daging babi. Saat akan makan sebaiknya kamu mengucapkan “itadakimasu” dan mengambil sumpit yang disediakan. Hal yang kurang sopan dan tidak boleh dilakukan saat makan adalah bersendawa, menancapkan sumpit di nasi, menjilat sumpit, meletakkan sumpit secara silang, mengaduk sup dengan sumpit, menerima makanan dari orang lain, menggali makanan, menggunakan untuk menunjuk orang dan memotong makanan. Hal yang mungkin berbeda dengan budaya kita adalah mengeluarkan suara saat makan sup merupakan bentuk rasa senang dan menikmati makanan, jika di Indonesia mungkin itu adalah hal yang kurang sopan.
10.  Minum
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Teh dan sake adalah minuman yang sangat terkenal di Jepang. Aturan saat minum teh juga harus dipahami, cara duduknya adalah dengan bersimpuh sama seperti para sinden jawa saat menyanyi di kesenian wayang. Sebelum menengguk teh, cangkir diletakkan di telapak tangan kiri dan putar cangkir sekitar 180 derajat dengan tangan kanan. Jangan sampai lupa hal ini jika kamu tidak ingin dianggap tidak sopan, karena motif cangkir harus terlihat yang mengartikan bahwa kamu benar-benar menikmati tehnya.
Minum sake sudah menjadi budaya sejak lama di Jepang. Biasanya akan dilakukan setelah pulang kerja atau di malam hari. Saat minum sake bersama harus menunggu seseorang mengatakan “kampai”, baru yang lainnya bisa minum. Ketika ingin menuang sake, hendaknya tuang juga untuk yang lainnya. Jika ada gelas yang kosong pasti aka nada orang lain yang mengisisnya, jadi jika kamu sudah merasa pusing dan tidak ingin minum, sebaiknya habiskan sake dalam gelas kamu sampai acara selesai jangan sekali teguk.
11.  Budaya dijalan raya
makalah-perbandingan-budaya-indonesia-dengan-jepang
Arus kendaraan mengarlir dengan sangat tertib dan teratur, hampir tidak terjadi kemacetan berarti dan suara klaslon mobil yang merupakan suara umum khas jalan raya disamping deru mesin kendaraan, nyaris tidak terdengar. Di sini pengendara bisa memacu kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinggi tanpa ada rasa khawatir pengendara lain yang memotong jalan atau penyebrang yang melintas secara mendadak, karena untuk menyebrang harus dilakukan pada tempat yang sudah ditentukan, seperti zebra cross. Ketika lampu merah, pengandara sudah pasti harus mengentikan kendaraannya, namun walaupun lampu hijau, namun bukan berarti bisa belok kiri atau kanan jalan terus karena disaat yang sama adalah lampu hijau untuk pejalan kaki untuk menyebrang. Untuk kota kota yang berpenduduk padat, dengan jumlah penyebrang yang mencapai puluhan orang, proses menunggu ini bahkan bisa berlangsung lebih lama lagi.
Ketika penyebrang sudah habis, kembali harus berhenti karena lampur merah yang kedua bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk kendaraan besar sejenis truk, biasanya dilengkapi dengan speaker yang akan meberikan peringatan ketika membelok secara berulang ulang. Di atas aspal juga terdapat tulisan besar “Belok kiri tolong hati hati”. Aktivitas menyebrang jalan menjadi sangat menyenangkan bukan saja aman dilakukan oleh orang dewasa, namun juga oleh anak kecil, orang tua dan pengguna kursi roda. Kemacetan juga kadang terjadi, namun bukan merupakan bagian dari keseharian. Bus kota misalnya, memiliki time schedul, waktu berhenti di setiap halte dengan sangat tepat waktu. Toleransi kelambatan biasanya tidak lebih dari tiga menit, bisa memberikan gambaran bagaimana susana jalan di jepang.
Jika di Indonesia mungkin kendaraan umum sering berhenti sesuka pengemudinya sehingga membuat macet dimana-mana. Perlakuan pengendara terhadap pengguna jalan lainnya juga kurang baik, pengendara saling ingin menang sendiri sehingga pejalan kaki yang akan menyebrang sangat kesulitan untuk menyebrangi jalan. Tapi tidak semua pengendara di Indonesia itu buruk, ada juga juga yang memiliki kesadaran.
12.  Tempat Tinggal
Indonesia termasuk negara yang memiliki berbagai agama, yang mana agamanya mengajarkan untuk tidak berbuat zinah, dan budaya budaya di Indonesia juga sangat membenci perbuatan itu. Oleh karena itu di Indonesia jarang sekali yang tinggal satu rumah dengan lawan jenis yang belum sah. Berbeda dengan di Jepang, jika di Jepang bebas sekali untuk tinggal satu rumah dengan berlawanan jenis, apalagi jika sudah berstatus pacaran.
13.  Kebersihan
Di Jepang kebanyakan masyarakat memiliki kesadaraan akan kebersihan, mereka sudah tau harus dikemanakan sampah mereka. Ketika mereka melihat sampah yang tidak berada di tempatnya, mereka akan menempatkan pada tempatnya. Jika di Indonesia terutama di pedesaan, mereka biasanya melakukan suatu kerja bakti, untuk membersihkan selokan, membetulkan jalan, dan sebagainya.
PENDAPAT
Pendapat penulis mengenai kedua budaya ini yaitu keduanya memiliki nilai positifnya masing-masing. Budaya Jepang positifnya lebih ke kemanusiaan, Budaya Indonesia positifnya lebih ke keagamaan. Akan lebih bagus lagi jika kita menerapkan budaya Jepang yang akan membawa perubahan baik untuk Indonesia dan tiap-tiap individu di Indonesia. Contohnya menerapkan budaya memanajemen waktu.
KESIMPULAN
Dari perbandingan budaya antara Indonesia dan Jepang, terdapat manfaat untuk mengetahui pola berfikir bangsa Indonesia dan bangsa Jepang. kesulitan utamanya adalah perbedaan karakteristik kedua bangsa, yang mana bangsa Jepang relatif homogen, sedangkan bangsa Indonesia sangat heterogen. Tetapi, lewat perbandingan ini kita bisa saja menerapkan salah satu budaya Jepang yang akan membawa perubahan baik untuk Indonesia dan tiap-tiap individu di Indonesia
SUMBER



Share:

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Labels

Pages

Pages

Featured Post

Penulisan Kata dalam Ejaan Bahasa Indonesia

Penulisan Kata dalam Ejaan Bahasa Indonesia Kata Dasar Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Kantor pajak penuh sesak. Kat...